1  UTS-1 All About Me

About Me

Namaku Fachriza Ahmad Setiyono, seorang mahasiswa Teknik Informatika yang sedang berusaha memahami dua hal rumit di dunia: kode program dan manusia.

Aku kuliah di jurusan ini bukan karena ingin masuk ke jurusan yang kata orang jurusan elit dan memiliki karir yang menjanjikan. Aku memilih Teknik Informatika karena aku tertarik pada logika dan keindahan tersembunyi di balik layar, tempat di mana angka dan algoritma bisa berubah menjadi sesuatu yang hidup, bahkan indah.

Tapi jujur saja, hubunganku dengan programming memang tidak mudah. Awal perjalanan ini dimulai dengan indah. Membuat program sederhana dengan bahasa yang mudah dipahami. Namun perjalananku di ITB menunjukkan sisi gelap dari dunia programming. Membuat program tidak hanya dengan menuangkan keyword di sebuah code editor yang mengikuti sintaks dan memiliki makna. Tidak, aku juga perlu memikirkan hal lainnya seperti arsitektur, performa, dan maintenance kode. Hal ini sempat membuatku lelah dan berpikir dua kali atas jalan hidup yang ku pilih.

Namun di tengah frustrasi itu, aku menemukan tempat perlindungan, yaitu grafika komputer. Kenapa grafika komputer? Karena di situlah aku menyadari, ternyata kode juga bisa menjadi seni. Aku mulai belajar tentang bagaimana cahaya bekerja dan direplikasi di dunia digital, bagaimana bayangan terbentuk, bagaimana refleksi terbentuk, dan bagaimana sebuah piksel bisa menipu mata manusia untuk percaya bahwa layar datar itu punya kedalaman.

Pertama kali aku berhasil membuat bola 3D berputar dengan pencahayaan dinamis, aku merasa seperti menciptakan dunia kecilku sendiri. Ya, mungkin dunia itu hanya terdiri dari beberapa vertex dan polygon, tapi di sana aku adalah penciptanya. Aku bisa menentukan di mana matahari bersinar, dari mana bayangan muncul, bahkan warna langit saat senja.

Di luar dunia kode dan piksel, ada satu hal lain yang mengisi hidupku, yaitu musik. Musik bagiku adalah bahasa kedua, disamping bahasa manusia seperti bahasa Indonesia atau Inggris. Ketertarikanku terhadap musik ini sampai membuatku mempelajari cara berbicara musik, atau yang biasa dikenal dengan beatbox.

Selain itu, aku juga bermain gitar sejak SMA, bukan karena ingin tampil keren, tapi karena setiap petikan seolah bisa menata ulang pikiranku yang berantakan. Ketika dunia coding terasa terlalu kaku, musik memberiku ruang untuk bernapas. Saat algoritma tidak mau jalan, aku berhenti sejenak, menggumamkan beberap melodi, dan entah bagaimana, inspirasi baru muncul.

Dari perjalanan ini aku belajar, bahwa daya tarik manusia bukan soal kepintaran, bakat, atau penampilan, tapi tentang kemampuan untuk selaras dengan orang lain. Seperti dua frekuensi yang bertemu dan menghasilkan harmoni, hubungan antarmanusia pun membutuhkan resonansi. Kadang bukan karena kita punya banyak kesamaan, tapi karena kita bisa saling melengkapi ritme satu sama lain.

Aku pernah berpikir daya tarik itu tentang menjadi menarik, ternyata tidak. Daya tarik adalah tentang membuat orang lain merasa terhubung. Sama seperti sebuah melodi sederhana yang bisa menyentuh hati jutaan orang, atau program CLI kecil yang bisa memudahkan hidup banyak orang, keindahannya bukan karena kompleksitasnya, tapi karena dampaknya.

Sebagai seorang manusia, aku masih jauh dari kata selesai. Masih banyak bug dalam hidup yang perlu kuperbaiki. Layaknya program yang terus dikembangkan dan di-maintenance, aku sebagai manusia akan terus berkembang untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekitarnya.